SpongeBob SquarePants

Senin, 12 Desember 2016

PEMATAHAN DORMANSI PADA BIJI AREN


KADEK SUDARTA
12542111000811


 




SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN KUTAI TIMUR
SANGATTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan karna hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Hasil utama komoditi ini adalah nira, tepung, ijuk, sedangkan batang luar lidi endosperm dan akar adalah bagian yang mempunyai manfaat sampingan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Populasi aren di alam semakin berkurang karena pohon-pohon aren yang ada umumnya sudah tuadan tidak produktif lagi, eksploitas pohon-pohon aren terutama untuk pengambilan pati juga semakin luas dan kawasan yang dahulu banyak ditumbuhi aren secara alami kini mulai terganggu akibat pembukaan lahan oleh masyarakat, pembukaan lahan tersebut untuk lahan pertanian atau peruntukan lainya. Satu upaya untuk memepercepat regenerasi tanaman aren diperlukan teknik budidaya yang benar terutama dalam mengatasi masalah kulit buah aren yang tergolong sebagai :benih keras” yang menyebabkan berkecambah(apandi 2006)
            Dormansi pada benih secara umum dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum di kenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Salah satu perlakuan khusus untuk mematahkan masa dormansi benih aren bisa dilakukan perlakuan fisik.
            Perlakuan fisik yang biasa dilakukan yaitu dengan skarifikasi benih yaitu dengan menggikis punggung benih dengan menggunakan kertas amplas Diharapkan dengan perlakuan tersebut dapat mengurangi ketebalan kulit biji yang disebabkan oleh sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal. Perlakuan fisik skarifikasi dengan kertas amplas menghasilkan daya kecambah terbanyak yaitu 46,96% bila di bandingkan dengan tanpa perlakuan skarifikasi (saleh 2004).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah dapat mengetahui cara mematahkan masa dormansi dari benih aren
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat Praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara mematahkan dormansi dari benih aren dengan perlakuan skarifikasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Aren
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas        : Arecidae
Ordo                : Arecales
Famili              : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus              : Arenga
Spesies            : Arenga pinnata Merr
2.2. Morfologi Tanaman Aren
1. Batang
Berbatang lurus, tinggi, dan kolumnar. Daun palmately atau pinnately membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petioleluas,berpelepah,danberserat batangnya yang menunjang. Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe batang Arenga pinnata termasuk ke dalam jenis pohon. Menurut Mulyani (2006), struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air (kutin). Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada Arenga pinnata, kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh tersusun yang biasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut)
2. Daun
Daun menyirip dengan panjang 6- 10 m, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. anak daun bentuk Janset, menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, tangkai pendek, hijau muda-tua berkelamin tunggal, bentuk tongkol
3. Bunga
Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun, merunduk kadang-kadang lebih dari 2 m panjangnya bunga betina ada di ujung dan bunga jantan tumbuh di bagian bawah batangnya. diketiak daun : bunga jantan dan betina menyatu pada tongkol, daun kelopak tiga, bulat telur, benang sari banyak, kepala sari bentuk jarum, bunga betina bulat, bakal buah tiga, putik tiga, putih, mahkota berbagi tiga, kuning keputih-putihan
4. Buah
Buahnya seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam.



2.3. Syarat Tumbuh
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir,  tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam).
Aren dapat tumbuh pada ketinggian  9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
2.4.  Pengertian Dormansi Benih
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Atau Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan.

2.4.1. Tipe Dormansi
Beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi fisik dan dormansi fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
            Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
            Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
            Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormansi fisiologis (embrio)
            Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
2.5.  Cara-Cara Mematahkan Dormansi Benih
1. Perlakuan Mekanis
a. Skarifiaksi
            Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas empelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlaukan impaction (gocangan) untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
b. Tekanan
            Benis-benih dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air.
2. Perlakuan Kimia
            Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea. Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan auxin.
3. Perlakuan Perendaman dengan Air
            Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan adalah sebagai berikut : air dipanaskan sampai 1800 – 2000F, benih dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama beberapa waktu.
4. Perlakuan Pemberian Temperatur Tertentu
a. Stratifikasi
            Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Benih-Benih yang memerlukan stratifikasi selama waktu tertentu sebelum tanam yaitu : apel, anggur, pear, peach, pinus, rosa, strawberry, oak, cherry, dan lain-lain. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman.
            Temperatur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali baru kelapa sawit. Biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada memperbaiki perkecambahnnya.
b. Perlakuan dengan Temperatur Tinggi dan Rendah
            Keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari temperatur rendah dan agak tinggi. Tetapi temperatur ekstrim dari perlakuan ini tidak boleh berbeda lebuh dari 100 atau 200C , pada umumnya berada diatas dari titik beku.
5. Perlakuan dengan Cahaya
            Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari



2.5. Teknik Budidaya
A. Pengumpulan dan Pemilihan  Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini  akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan  biji adalah sebagai berikut : Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan. Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat. Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak). Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm). Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit). Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara : Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya. Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya) Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian. Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu : Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit. Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit. Mengikir biji pada bagian dekat embrio. Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring. Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara : Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00. Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu. Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar  3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh. Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija



D. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman aren meliputi: Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara : Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar. Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC. Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
E. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.


F. Panen
Pembersihan tongkol. Ijuk yang ada disekitar tongkol bunga disingkirkan agar tidak mengganggu proses penyadapan. Pelepah daun sebanyak 1 sampai 2 buah di atas dan di bawah pelepah juga dibuang. Pemukulan tongkol. Setelah pembersihan, tongkol bunga jantan diayun-ayun dan dipukul-pukul secara ringan tanpa menyebabkan tongkol luka dan memar. Pemukulan dilakukan sekali 2 hari pada pagi dan sore hari selama 3 minggu. Pemukulan dilakukan 250 kali setiap kali dilakukan pemukulan. Penentuan kesiapan tongkol disadap. Setelah itu, tongkol dimana untaian bunga melekat ditoreh, jika torehan mengeluarkan cairan nira, berarti tongkol sudah siap untuk disadap. Jika tidak mengeluarkan nira, proses pengayunan dan pemukulan harus dilanjutkan. Persiapan penyadapan Bumbung yang akan digunakan untuk penyadapan dicuci sampai bersih. Bagian dalam bumbung disikat dengan penyikat bertangkai panjang. Setelah itu bumbung dibilas dengan air mendidih, dan diasapi dalam keadaan terbalik dengan asap tungku. Untuk memudahkan penyadapan, pada pohon dipasang tangga dari bambu yang digunakan untuk memanjat pohon.
Jika tongkol sudah siap untuk disadap, tongkol dipotong pada bagian yang ditoreh untuk penentuan kesiapan tongkol disadap. Di bawah luka pada bagian tongkol yang dipotong, diletakkan bumbung. Ke dalam bumbung dimasukkan kapur sirih satu sendok makan, dan  1 potong kulit manggis (berukuran 3×3 cm), atau potongan akar wambu (sebesar jari kelingking). Bumbung ini diikatkan secara kuat pada pohon. Penyadapan berlangsung selama 12 jam. Bumbung yang telah terisi nira diturunkan. Setiap kali penyadapan diperoleh 3-6 liter nira.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 9 Mei 2014 sampai 3 juni 2014, bertempat di rumah masing-masing
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu diantaranya: wadah, amplas, buah aren, air, media tanam.
3.3. Cara Kerja
a.       Pisahkan antara buah aren dengan biji aren lalu pilih biji yang bagus dan sehat bebas dari hama dan penyakit.
b.      Cuci bersih biji aren tersebut dengan air bersih lalu kering anginkan
c.       Cari bagian ombrio/titik tumbuh yang ada pada biji aren tersebut dengan cara mencari titik semu yang ada pada biji, biasanya terdapat pada bagian punggung tengah, kiri dan kanan.
d.      Ampals bagian titik tumbuh trsebut, pengamplasan dilakukun jangan sampai mengenai bagian endosperm.
e.       Cuci bersih biji tersebut dengan larutan fungisida



3.4. Parameter Pengamatan
a. kecepatan perkecambahan (hari)
            perkecepatan perkecambahan dihitung dengan menghitung dari waktu yang diperlukan untuk munculnya plumula suatu benih dari awal sampai masa periode perkecambahan berakhir, yaitu pada saat tidak ada biji yang tidak mau berkecambah lagi. Kecepatan perkecambahan dihitung dengan rumus atau persamaan berikut:
Rata-rata hari  =  
Keterangan:
N= Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu
T=Menunjukan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari        interval tertentu suatu pengamatan yakni masa periode perkecambahan berakhir.
b. Index vigor
            Index vigor dihitung dengan menghitung dari hari yang diperlukan untuk berkecambah dengan banyaknya jumlah benih yang berkecambah.
Rumus: 
Keterangan:
IV= Indeks Vigor
G= jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
D= waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut
N= jumlah hari pada penghitungan terakhir      

c. Presentasi kecambah (%)
            presentasi kecambah adalah pemunculan kecambah di atas permukaan tanah yang merupakan faktor yang mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat meningkatkan vigor, di lakukan pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul di atas permukaan  tanah dari sejumlah benih yang di kecambahkan. Persentase perkecambahan di hitung pada hari ke 24 hari setelah semai.
Rumus=  kecambah %=   
d. Volume Kecambah(ml)
            Volume kecambah di hitung pada saat benih berumur 24 HSS di ukur dengan menghitung penambahan air setelah bibit dimasukkan ke dalam gelas erlemeyer.
e. Penjang axis embrio (cm)
            Pajang akar tunggal diukur dari leher akar sampai ujung akar, pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 24 hari setelah semai (HSS).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kecepatan Perkecambahan (hari)
Rata-rata hari  =  
                   =   
                   = 23 hari
            Jadi dari data di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari 30 biji aren yang di uji dengan dilakukan perlakuan fisik yaitu dengan skarifikasi hanya terdapat satu (1) benih biji aren yang tumbuh yaitu pada hari ke 23. Dan 29 benih biji aren yang lain tidak mengalami pertumbuhan hal ini di karenakan oleh faktor yang pertama waktu yang di perlukan untuk perkecambahan masih cukup lama, ke dua, pengamplasan kulit biji terlalu dekat dengan bagian embrio yang mengakibatkan biji aren tersebut mudah terserang patogen dan membusuknya benih aren tersebut. Ke tiga media semai, Benih yang disemai pada media campuran tanah dan kompos banyak yang terserang cendawan yang mengakibatkan benih busuk atau mati, terutama benih yang diperlakukan deoperkolasi. Kompos yang digunakan adalah kompos yang berasal dari dekomposisi pupuk kandang, sehingga banyak mengandung cendawan dan bakteri. Embrio benih yang sudah terbuka mengandung senyawa-senyawa metabolit sebagai sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, sehingga mudah terserang cendawan di pesemaian (Rofik dan Murniati 2008). Penelitian Rofik dan Murniati (2008) tersebut menyimpulkan bahwa media semai yang paling baik digunakan untuk perkecambahan benih aren mereka yang berkulit keras adalah campuran media pasir dan arang sekam, Ke empat benih aren tersebut tergolong sebagai benih keras.Murniati (2008)), benih aren diberi perlakuan deoperkulasi (metode skarifikasi tepat pada posisi embrio) yaitu dengan cara dilukai/diampelas/mengikis/dilubangi pada bagian punggung biji dekat posisi embrio/calon tunas selebar kurang lebih 5 mm menghasilkan perkecambahan sebesar 60,67% setelah 33 minggu setelah semai (MSS).  Maka dapat di peroleh rata-rata kecepatan perkecambahan benih biji aren yaitu 23 hari.

4.2. Indeks Vigor (IV)
Rumus: 
                   
                = 23
            Jadi dari data indeks vigor di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari 30 benih biji aren yang dilakukan perlakuan fisik yaitu secara skarifikasi terdapat satu (1) benih biji aren yang tumbuh yaitu pada hari ke 23. Dan 29 benih lainya yang di uji tidak mengalami pertumbuhan di karenakan mati dan membusuk, Maka dapat di peroleh indeks vigor pada benih aren yaitu 23.



4.3. Presentase Perkecambahan (%)
Rumus=  kecambah %=   
                                    = 
                                 = 3,3 %
              Jadi dari data presentase kecembah di atas maka dapat di simpulkan bahwa presentase kecambah biji aren pertumbuhannya kurang baik, dari 30 biji aren yang di uji hanya terdapat 1 (satu) benih yang tumbuh yaitu pada hari ke 23 dan presentase kecembahnya pada benih aren adalah 3,3 %
4.4. Volume Kecambah (ml)
Volume : 150-110
             = 40
            Jadi menurut data volume kecambah di atas maka dapat di simpulkan volume air awal pada benih aren yang dilakukan perlakuan fisik yaitu dengan skarifikasi benih adalah 150 ml, setelah 24 hari setelah tanam (HSS) benih aren di masukan ke dalam gelas erlemeyer maka volume air berkurang menjadi 110 ml. Jadi perselisihannya adalah 40 ml. Perselisihan ini karena benih aren yang di perlakuan fisik secara skarifikasi benih, menggunakan amplas mengenai titik embrio sehingga benih aren tersebut membusuk di persemaian akibat terserang oleh cendawan, dan benih aren berlubang, maka benih menyerap air, sehinnga berkurangnya volume air menjadi 110  ml.


4.5. Panjang Exis Embrio (cm)
            Jadi setelah di lakukan persemaian selama 24 hari setelah tanam ( HSS) maka panjang exis embrio pada benih aren yang telah di lakukan perlakuan fisik adalah 1 cm



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Kecepatan perkecambahan rata-rata benih biji aren yang telah di lakukan perlakuan fisik yaitu dengan skarifikasi benih adalah 23 hari
2.      Maka dapat di peroleh indeks vigor pada benih aren yaitu 23
3.      Presentase kecembahnya pada benih aren adalah 3,3 %
4.      Volume awal adalah 150 ml dan selama 24 hari setelah semai (HSS) maka  volume air berkurang menjadi 110 ml, Perselisihan ini karena benih aren yang di perlakuan fisik secara skarifikasi benih, menggunakan amplas mengenai titik embrio sehingga benih aren tersebut membusuk di persemaian akibat terserang oleh cendawan, dan benih aren berlubang, maka benih menyerap air, jadi perselisihannya adalah 110 ml
5.      panjang exis embrio pada benih aren yang telah dilakukan perlakuan fisik yaitu : 1 cm
5.2. Saran
            Sebaiknya dalam pengamplasan kulit biji aren jagan sampai mengeni embrio karena embrio dapat busuk di serang cendawan di media semai. Sehingga di harapkan kedepannya tidak mengalami  kegagalan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar